Sayasungguh tidak paham apa yang dimaksud dengan kata "Islamkah aku?" oleh Gus Mus. Apakah maksudnya "yang benar-benar Islam dan bukan hanya kulitnya saja." jangan-jangan seiring dengan puisi Gus Mus tadi. Mari kita menggunakan puisi Gus Mus untuk cermin untuk merefleksi diri. Oleh Muchlas Samani. Dalam buku "Semua dihandle PuisiGus Mus; Puisi Gus Mus. 06 March 2016 23:59 By Admin. Share Tweet Google+ Pinterest. Islam agamaku nomor satu di dunia Tuhan, Islamkah aku? Share Tweet Google+ Pinterest. Populer Terkini. Penyidik Gakkum KLHK Serahkan Tersangka PETI Serta Barang Bukti ke Kejari Parimo. 17 hours ago Kumpulanpuisi gus mus (kh. Kau ini bagaimana atau aku harus bagai mana kau ini bagaimana? Kumpulan syair dan puisi gus mus sujud bagaimana kau hendak bersujud pasrah, sedang wajahmu. Kh mustofa bisri, atau akrab disapa gus mus, ulama asal rembang yang juga seorang penyair ini, membacakan puisi lamanya yang berjudul aku . Islamsajadahku. Islam kitabku. Tuhan, Islam kah aku?" Mustofa Bisri atau yang terkenal dengan sebutan Gus Mus membacakan penggalan bait puisi diatas pada saat perayaan 26 Tahun Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) di Gedung Kesenian Jakarta. Jaya Suprana menuturkan alasannya mengapa memilih Gus Mus lantaran beliau adalah sosok kiai yang tidak biasa. KumpulanPuisi Romantis Terbaru Engkau ilmu Aku kebodohan Engkau bijaksana Aku semena-mena Diammu tafakkur Diamku mendengkur Bicaramu pencerahan Bicaraku ocehan Engkau memberi Aku meminta Engkau mengajak Aku memaksa Engkau kaya dari dalam Aku miskin luar-dalam Miskin bagimu adalah pilihan Miskin bagiku adalah keterpaksaan Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Berikut ini puisi gusmus Islamkah aku Islam agamaku nomor satu di dunia Islam benderaku berkibar di mana-mana Islam tempat ibadahku mewah bagai istana Islam tempat sekolahku tak kalah dengan yang lainnya Islam sorbanku Islam sajadahku Islam kitabku Islam podiumku kelas exclussive yang mengubah cara dunia memandangku Tempat aku menusuk kanan kiri Islam media massaku Gaya komunikasi islami masa kini Tempat aku menikam sana sini Islam organisasiku Islam perusahaanku Islam yayasanku Islam istansiku , menara dengan seribu pengeras suara Islam muktamarku, forum hiruk pikuk tiada tara Islam bursaku Islam warungku hanya menjual makanan sorgawi Islam supermarketku melayani segala keperluan manusiawi Islam makananku Islam teaterku menampilkan karakter-karakter suci Islam festifalku memeriahkan hari-hari mati Islam kaosku Islam pentasku Islam seminarku, membahas semua Islam upacaraku, menyambut segala Islam puisiku, menyanyikan apa saja Tuhan Islamkah aku? Gus Mus Makna Puisi gus mus islamkah akukesimpulan Puisi ini menggambarkan betapa pentingnya Islam dalam kehidupan penulis. Baginya, Islam adalah agama nomor satu di dunia yang benderanya berkibar di mana-mana. Islam juga merupakan tempat ibadah yang mewah dan sekolah yang tak kalah dengan yang lainnya. Selain itu, Islam juga menjadi sorban, sajadah, dan kitab yang selalu menemani penulis dalam setiap kegiatannya. Bahkan Islam menjadi podiumnya di kelas yang eksklusif yang mengubah pandangan dunia terhadapnya. Islam juga menjadi media massanya dan gaya komunikasi yang islami di masa kini. Penulis merasa bahwa Islam memungkinkannya untuk menikam sana-sini dalam hidupnya. Selain itu, Islam juga menjadi organisasi, perusahaan, yayasan, istana, dan menara dengan seribu pengeras suara untuk penulis. Islam juga menjadi bursa, warung, supermarket, makanan, teater, festival, kaos, pentas, seminar, dan upacara dalam hidupnya. Puisi ini berakhir dengan pertanyaan apakah penulis adalah Islam? Hal ini menunjukkan bahwa Islam sudah begitu erat terkait dengan kehidupannya sehingga sulit dibedakan antara dirinya dan agamanya. Pertanyaan tersebut juga dapat diartikan sebagai refleksi penulis tentang sejauh mana ia telah mengikuti ajaran Islam dalam hidupnya. Puisi ini juga mencerminkan rasa syukur penulis terhadap kehadiran Islam dalam hidupnya. Selain itu, puisi ini juga menunjukkan bahwa Islam tidak hanya sekadar agama, tetapi menjadi gaya hidup penulis. Ia menggambarkan betapa Islam memengaruhi setiap aspek kehidupannya, baik dalam urusan agama, pendidikan, pekerjaan, maupun kehidupan sosial. Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan betapa pentingnya Islam dalam hidup penulis, yang telah memengaruhi dan membentuk dirinya sebagai manusia. Ia menganggap Islam sebagai landasan hidupnya dan sebagai kebanggaannya sebagai seorang Muslim. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pentingnya agama dalam kehidupan manusia. Agama dapat menjadi sumber kekuatan dan inspirasi, serta memberikan arahan dan pedoman dalam menjalani kehidupan. Selain itu, puisi ini juga memperlihatkan bahwa Islam tidak hanya relevan dalam kehidupan spiritual, tetapi juga dalam kehidupan praktis sehari-hari. Islam dapat menjadi sumber inspirasi dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, bisnis, seni, dan budaya. Pada akhirnya, puisi ini dapat menginspirasi kita untuk lebih memahami dan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita dapat hidup lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain. Melalui puisi ini, penulis juga menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang inklusif dan tidak memandang perbedaan latar belakang atau status sosial. Islam dapat menjadi jembatan persaudaraan yang menghubungkan manusia dari berbagai suku, ras, agama, dan budaya. Puisi ini juga menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai Islam yang sesuai dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah. Sebagai umat Muslim, kita harus menjaga integritas dan kesucian ajaran Islam, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, puisi ini juga mengajak kita untuk berpikir lebih luas tentang peran Islam dalam dunia. Sebagai agama yang memiliki banyak pengikut di seluruh dunia, Islam dapat memainkan peran penting dalam memajukan perdamaian, toleransi, dan kesejahteraan manusia secara global. Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan kecintaan dan pengabdian penulis terhadap agama Islam. Puisi ini juga menjadi sebuah pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menjaga nilai-nilai agama dalam hidup kita, serta memajukan peran agama dalam menciptakan kebaikan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Puisi ini juga menggambarkan betapa pentingnya memperkuat iman dan kepercayaan pada Allah SWT dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Dengan memperkuat iman, kita dapat lebih tegar dalam menghadapi cobaan dan rintangan yang datang dalam kehidupan kita. Selain itu, puisi ini juga mengajak kita untuk senantiasa belajar dan meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam. Dengan terus belajar, kita dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang agama, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini juga dapat menjadi sebuah inspirasi bagi kita untuk lebih menghargai keberagaman dan merangkul persatuan dalam kehidupan. Islam mengajarkan nilai-nilai persaudaraan dan toleransi, serta menghormati perbedaan dan keragaman antara sesama manusia. Dalam kesimpulannya, puisi ini mengajak kita untuk memperkuat iman, belajar terus-menerus, dan mengembangkan nilai-nilai persaudaraan dan toleransi dalam kehidupan kita. Semua hal tersebut merupakan bagian dari upaya kita dalam menjalani hidup yang lebih baik dan membawa manfaat bagi diri sendiri serta orang lain. kesimpulan Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan betapa pentingnya Islam dalam kehidupan penulis dan menjadi landasan hidupnya sebagai seorang Muslim. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kepentingan ajaran Islam dalam kehidupan manusia, serta mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini juga menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang inklusif dan dapat memainkan peran penting dalam menciptakan perdamaian, toleransi, dan kesejahteraan manusia secara global. Selain itu, puisi ini juga mengajak kita untuk memperkuat iman, belajar terus-menerus, dan mengembangkan nilai-nilai persaudaraan dan toleransi dalam kehidupan kita. Dalam rangka menjalani kehidupan yang lebih baik, maka penting bagi kita untuk mengikuti ajaran Islam dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita dapat mencapai tujuan hidup yang sesuai dengan ajaran agama, serta membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kutipan kalimat di atas adalah penggalan “Puisi Islam“ karya salah satu pemimpin Islamis, Indonesia, Rais Aam Nahdlatul Ulama, Kyai Haji Mustofa Bisri. Akrab dengan sebutan Gus Mus, Mustofa Bisri dikenal juga sebagai penulis kolom dan budayawan terkemuka di tanah air. Puisi tersebut kembali diperdengarkan dalam sebuah acara yang berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta, akhir Januari lalu. Acara tersebut merupakan kerjasama seni budaya antara Gus Mus dengan dengan seniman Jaya Suprana, tokoh Museum Rekor Indonesia. Apa kira-kira pesan yang ingin disampaikan Gus Mus lewat puisi ini? Lengkapnya puisi tersebut PUISI ISLAM Islam agamaku nomor satu di dunia Islam benderaku berkibar di mana-mana Islam tempat ibadahku mewah bagai istana Islam tempat sekolahku tak kalah dengan yang lainnya Islam sorbanku Islam sajadahku Islam kitabku Islam podiumku kelas eksklusif yang mengubah cara dunia memandangku Tempat aku menusuk kanan kiri Islam media massaku Gaya komunikasi islami masa kini Tempat aku menikam sana sini Islam organisasiku Islam perusahaanku Islam yayasanku Islam istansiku , menara dengan seribu pengeras suara Islam muktamarku, forum hiruk pikuk tiada tara Islam bursaku Islam warungku hanya menjual makanan sorgawi Islam supermarketku melayani segala keperluan manusiawi Islam makananku Islam teaterku menampilkan karakter-karakter suci Islam festifalku memeriahkan hari-hari mati Islam kaosku Islam pentasku Islam seminarku, membahas semua Islam upacaraku, menyambut segala Islam puisiku, menyanyikan apa saja Tuhan, Islamkah aku? Di akun facebooknya, Mustofa Bisri, menulis ia tak tahu dan tak peduli apa tanggapan para menteri, pimpinan DPR, jendral-jendral, para ustadz, para cerdik-cendekiawan, budayawan dan seniman yang hadir malam itu tentang puisinya. Bagaimana tanggapan Anda? Jakarta – “Islam agamaku, nomor satu di dunia. Islam benderaku, berkibar di mana-mana. Islam tempat ibadahku, mewah bagai istana. Islam tempat sekolahku, tak kalah dengan lainnya. Islam sorbanku. Islam sajadahku. Islam kitabku. Tuhan, Islam kah aku?” Mustofa Bisri atau yang terkenal dengan sebutan Gus Mus membacakan penggalan bait puisi diatas pada saat perayaan 26 Tahun Museum Rekor-Dunia Indonesia Muri di Gedung Kesenian Jakarta. Jaya Suprana menuturkan alasannya mengapa memilih Gus Mus lantaran beliau adalah sosok kiai yang tidak biasa. Dia sempat mengatakan bahwa, “Sekarang kita semua cenderung sibuk memperebutkan kekuasaan dan jabatan, tetapi kiai satu ini justru merusak pasaran. Ia mempermalukan orang lain dengan menolak jabatan. Makanya, saya undang baca puisi.” Kemudian dia menambahkan, “Kita ini sangat hebat dalam menyerap kebudayaan luar menjadi kebudayaan Indonesia. Kita lihat bagaimana agama Islam, Kristen, Buddha, Hindu, berkembang dalam bentuk Indonesia. Ini adalah sebuah pesan bahwa kita harus menjaga keberagaman. Menjaga keberagaman itu harga mati.” Ikhsan Djuhandar – Jakarta, NU OnlineKamis malam 28/1 bertempat di Gedung kesenian Jakarta, KH Mustofa Bisri menerima tantangan dari pianis senior Jaya Suprana. Pengasuh Pesantren Raudlatuth Thalibin Rembang itupun tak mengelak. Tantangan pendiri Musium Rekor Indonesia MURI itu dibalas oleh kiai yang biasa disapa Gus Mus. "Lu Semau Lu, Gue Semau Gue," itu Gus Mus kembali ke medan sastra dengan membaca beberapa bait puisi. Menurut alumni Universitas Al Azhar Mesir ini, puisi yang ia baca terbagi dalam tiga kategori, yakni sebagai warga dunia, sebagai muslim, juga sebagai warga ini salah satu bait puisi berjudul "Puisi Islam" Islam agamaku nomor satu di duniaIslam benderaku berkibar di mana-manaIslam tempat ibadahku mewah bagai istanaIslam tempat sekolahku tak kalah dengan yang lainnyaIslam sorbankuIslam sajadahkuIslam kitabkuIslam podiumku kelas exclussive yang mengubah cara dunia memandangkuTempat aku menusuk kanan kiriIslam media massakuGaya komunikasi islami masa kiniTempat aku menikam sana siniIslam organisasikuIslam perusahaankuIslam yayasankuIslam istansiku , menara dengan seribu pengeras suaraIslam muktamarku, forum hiruk pikuk tiada taraIslam bursakuIslam warungku hanya menjual makanan sorgawiIslam supermarketku melayani segala keperluan manusiawiIslam makanankuIslam teaterku menampilkan karakter-karakter suciIslam festifalku memeriahkan hari-hari matiIslam kaoskuIslam pentaskuIslam seminarku, membahas semuaIslam upacaraku, menyambut segalaIslam puisiku, menyanyikan apa sajaTuhan Islamkah aku?Red ZunusFoto Page Facebook 'Ahmad Mustofa Bisri'. Jumat, 03 Maret 2017 1258 WIB Oleh KH A Mustofa BisriIslam agamaku nomor satu di duniaIslam benderaku berkibar di mana-manaIslam tempat ibadahku mewah bagai istanaIslam tempat sekolahku tak kalah dengan yang lainnyaIslam sorbankuIslam sajadahkuIslam kitabkuIslam podiumku kelas exclussive yang mengubah cara dunia memandangkuTempat aku menusuk kanan kiriIslam media massakuGaya komunikasi islami masa kiniTempat aku menikam sana siniIslam organisasikuIslam perusahaankuIslam yayasankuIslam istansiku , menara dengan seribu pengeras suaraIslam muktamarku, forum hiruk pikuk tiada taraIslam bursakuIslam warungku hanya menjual makanan sorgawiIslam supermarketku melayani segala keperluan manusiawiIslam makanankuIslam teaterku menampilkan karakter-karakter suciIslam festifalku memeriahkan hari-hari matiIslam kaoskuIslam pentaskuIslam seminarku, membahas semuaIslam upacaraku, menyambut segalaIslam puisiku, menyanyikan apa sajaTuhan Islamkah aku?

puisi gus mus islamkah aku