Aku (Chairil Anwar) Puisi Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binat Sepuluh Kalimat Allah SWT. yang Dapat Menerangi Di Alam Kubur” Dibawah ini adalah “Sepuluh Kalimat Allah SWT. yang Dapat Menerangi Di Alam Kubur” ” بسم الله الرحمن الرحيم “ Ya Allah Perhatikan kutipan puisi berikut! Hampa karya Chairil Anwar Sepi di luar. Sepi menekan mendesak Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke puncak. Sepi memagut Tak satu kuasa melepas renggut Segala menanti. Menanti. Menanti … Larik yang mengandung majas personifikasi adalah larik …. Puisi tersebut diciptakan Chairil Anwar pada tahun 1942, yang terinspirasi dari kematian neneknya. Selama hidupnya, Chairil Anwar melahirkan sebanyak 96 karya sastra, termasuk 70 puisi. Chairil Anwar meninggal pada tahun 1949, di usia yang terbilang muda, 27 tahun, karena penyakit paru-paru yang dideritanya. B. Unsur Ekstrinsik dan Makna Puisi. HAMPA merupakan salah satu puisi karya sang maestro penyair angkatan 45, Chairil Anwar. Chairil Anwar memulai kiprah kepenyairannya secara aktif dan terpublis sejak tahun 1942 s.d. 1947. Puisi HAMPA ini dibuatnya pada tahun 1943. Ada kata kunci utama dari puisi HAMPA ini, yaitu Puisi "Kesabaran" karya Chairil Anwar adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan kesulitan dan ketidakpuasan seseorang terhadap dunia dan keadaannya. Dalam puisi ini, Chairil Anwar menyampaikan pesan tentang ketidakmampuan untuk mengubah situasi dan perasaan terhimpit oleh tekanan hidup. Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. Analisis Puisi Hampa Karya Chairil Anwar HAMPA Chairil Anwar Kepada Sri Sepi di luar. Sepi menekan mendesak. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke puncak. Sepi memangut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti. Sepi. Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencekung pundak Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. Tema puisi ini yaitu penggambaran rasa kesepian dan penantian Chairil Anwar terhadap wanita yang ia cintai. Puisi ini terdiri dari 12 larik. Kepada Sri Chairil Anwar mengawali puisinya dengan larik Kepada Sri, yang artinya puisi tersebut ia tunjukkan ia berbicara kepada Sri, wanita yang ia cintai. Sepi di luar. Sepi menekan mendesak. Larik tersebut menunjukkan ungkapan rasa sepi Chairil Anwar atas penantiaannya terhadap wanita yang ia cintai , hingga rasa sepi itu sangat menyiksa batinnya. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Rasa kesepian itu membuat Chairil Anwar bagaikan pohon yang tak bergerak. Hampa, kosong, dan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Sampai ke puncak. Sepi memangut, Larik tersebut menggambarkan kesepian yang dirasakan Chairil Anwar sampai pada puncaknya, tak terbendung, ia tak kuasa menahannya. Tak satu kuasa melepas-renggut Namun kesepian itu tak membuat Chairil Anwar melepaskan cintanya kepada Sri, tak ada satu pun yang mampu merenggut cintanya. Segala menanti. Menanti. Menanti. Pada larik ini, terjadi pengulangan kata menanti. Menanti. Menanti, yang berarti, Chairil Anwar akan terus menanti/menunggu pujaan hatinya itu. Sepi. Chairil Anwar merasa sendiri, sepi tak ada yang menemani. Tambah ini menanti jadi mencekik Penantian cintanya itu justru membuat Chairil Anwar makin merasa tersiksa, batinnya tertekan, dan hatinya begitu sakit. Memberat-mencekung pundak Beban yang Chairil Anwar rasakan akibat penantian itu, sangat berat dirasakannya. Sampai binasa segala. Belum apa-apa Chairil Anwar merasakan hatinya sampai pada rasa sakit dan hancur teramat sangat, namun ia belum juga mendapat jawaban dari penantiannya tersebut. Udara bertuba. Setan bertempik Suasana sekitar yang dirasakan Chairil Anwar begitu penat, ia merasakan hatinya menjerit-jerit, sehingga membuat ia semakin tak kuasa menahan penantiannya itu. Ini sepi terus ada. Dan menanti. Kesepian yang Chairil Anwar rasakan memang terus ada, namun meski begitu, ia akan selalu tetap menanti Sri, pujaan hatinya. Diksi atau pemilihan kata yang digunakan Chairil Anwar dalam mengungkapkan perasaannya pada puisi di atas, menggunakan kata-kata yang bersifat konotatif, seperti pada larik Lurus kaku pohonan. Tak bergerak, Memberat-mencekung pundak, dan Udara bertuba. Setan bertempik. Sehingga pembaca harus memaknai lebih lanjut apa maksud dari puisi tersebut. Keseluruhan puisi, didominasi oleh kata sepi, terbukti pada larik Sepi di luar. Sepi menekan mendesak, yang berarti Chairil Anwar tertekan karena kesepian yang dirasakannya. Imaji dalam puisi ini, Chairil Anwar menggambarkan atau melukiskan perasaan kesepiannya yang ditimbulkan dalam bentuk imaji perasaan, terbukti pada larik Ini sepi terus ada. Dan menanti, yang berarti meski merasa sepi, namun ia akan terus menanti. Nada dalam puisi ini menunjukkan kesedihan disertai rasa kesal karena kesepian Chairil Anwar terhadap penantiannya, terbukti pada larik-larik Sepi di luar. Sepi menekan mendesak. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke puncak. Sepi memangut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti. Majas atau gaya bahasa yang digunakan yaitu Paralelisme Segala menanti. Menanti. Menanti, Sepi di luar. Sepi menekan mendesak, Ini sepi terus ada. Dan menanti. Pengulangan kata sepi dan menanti, memberi penegasan bahwa Chairil Anwar sangat kesepian, namun meski sepi, ia akan terus menanti pujaan hatinya. Personifikasi Lurus kaku pohonan. Tak bergerak. Kata pohonan disini seakan-akan makhluk hidup yang memiliki rasa kaku. Hiperbola Udara bertuba. Setan bertempik. Menggunakan kata setan, yang terkesan berlebihan. Rima atau persamaan bunyi pada konsonan “K” dan “T” Sepi di luar. Sepi menekan mendesak. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke puncak. Sepi memangut, Tak satu kuasa melepas-renggut .......... Tambah ini menanti jadi mencekik .......... Udara bertuba. Setan bertempik Amanat yang terkandung dalam puisi ini yaitu, jangan membuat orang lain menanti sesuatu yang tidak pasti, karena hal itu dapat memberikan rasa tidak nyaman. Puisi Hampa Karya Chairil Anwar Apakah kamu sedang mencari puisi Chairil Anwar yang berjudul Hampa? Tepat sekali karena kali ini kami akan menyajikannya bagi kamu yang sedang mencarinya. Tapi, sebelumnya alangkah baiknya jika kita sedikit mengulas dulu siapa sih Chairil Anwar tersebut? Chairil Anwar merupakan seorang penyair yang terkemuka di Indonesia. Beliau adalah penyair yang lahir di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 26 Juli 1922 dan meninggal di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949. Chairil Anwar diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Dimana, salah satu puisinya adalah “Hampa” yang akan kami sajikan pada kesempatan sekarang. Adapun puisi Chairil Anwar yang berjudul Hampa adalah berikut ini. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - HAMPA Karya Chairil Anwar Kepada Sri Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai di puncak. Sepi memagut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti Sepi Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencengkung punda Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Demikian yang bisa kami sajikan berkaitan dengan Puisi Karya Chairil Anwar - Hampa. Semoga bermanfaat!!! Salam, HAMPA Puisi karya Chairil Anwar kepada Sri yang selalu sangsi Sepi di luar, sepi menekan-mendesak Lurus kaku pohonan. Tidak bergerak Sampai ke puncak Sepi memagut Tak suatu kuasa-berani melepas diri Segala menanti. Menanti-menanti. Sepi. Dan ini menanti penghabisan mencekik Memberat-mencengkung punda Udara bertuba Rontok-gugur segala. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Menanti. Menanti Maret 1943 Makassar - Chairil Anwar adalah seorang penyair besar pada masa perjuangan kemerdekaan RI. Sejumlah karyanya menunjukkan rasa cintanya terhadap tanah Chairil Anwar pada tanah air dan bangsa Indonesia dituangkan dalam sajak-sajaknya. Karya tersebut diantaranya Diponegoro, Krawang-Bekasi, dan Persetujuan Dengan Bung puisi Chairil Anwar tentang kemerdekaan ini, kemudian banyak digunakan pada pertunjukan dalam rangka memperingati HUT RI. Seperti pada lomba-lomba pembacaan puisi, syair dan sebagainya. Berikut 3 puisi Chairil Anwar tentang kemerdekaan yang dikutip detikSulsel dari Repositori Kemdikbud berjudul "Chairil Anwar"Persetujuan dengan Bung KarnoAyo Bung Karno kasih tangan,Mari kita bikin janjiAku sudah cukup lama dengan bicaramu,dipanggang di atas apimu, digarami oleh lautmuDari mulai tanggal 17 Agustus 1945Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimuAku sekarang api aku sekarang lautBung Karno, Kau dan aku satu zat satu uratDi zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayarDi uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak dan masa pembangunan iniTuan hidup kembaliDan bara kagum menjadi apiDi depan sekali tuan menantiTak gentar. Lawan banyaknya seratus kaliPedang di kanan, keris di kiriBerselubung semangat yang tak bisa matiMajuIni barisan tak bergenderang berpaluKepercayaan tanda menyerbuSekali beraniSudah itu NegeriMenyediakan apiPunah di atas menghambaBinasa di atas tiadaSungguhpun dalam ajal baru tercapaiMajuSerbuSerangTerjangKrawang-BekasiKami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasitidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,terbayang kami maju dan mendegap hati?Kami bicara padamu dalam hening di malam sepiJika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetakKami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi kenanglah sudah coba apa yang kami bisaTapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawaKami cuma tulang-tulang berserakanTapi adalah kepunyaanmuKaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakanAtau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapanatau tidak untuk apa-apa,Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkataKaulah sekarang yang berkataKami bicara padamu dalam hening di malam sepiJika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetakKenang, kenanglah kamiTeruskan, teruskan jiwa kamiMenjaga Bung KarnoMenjaga Bung HattaMenjaga Bung SjahrirKami sekarang mayatBerikan kami artiBerjagalah terus di garis batas pernyataan dan impianKenang, kenanglah kamiyang tinggal tulang-tulang diliputi debuBeribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi Simak Video "Lukman Sardi Terbawa Emosi Saat Bacakan Karya Puisi Chairil Anwar" [GambasVideo 20detik] alk/nvl - Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922. Putra pasangan Toeloes dan Saleha, yang keduanya berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Kebanyakan isi puisi Chairil Anwar menggambarkan pemberontakan yang menggelora dari dalam jiwa. Sampai saat ini masih banyak karyanya yang menjadi kebanggaan dan sering dibawakan oleh orang-orang. Baca juga Makna Puisi Pada Suatu Hari Nanti karya Sapardi Djoko Damono Salah satu puisi karya Chairil Anwar adalah Sendiri, berikut puisinya Sendiri Hidupnya tambah sepi, tambah hampaMalam apa lagiIa memekik ngeriDicekik kesunyian kamarnyaIa membenci. Dirinya dari segalaYang minta perempuan untuk kawannyaBahaya dari tiap sudut. Mendekat jugaDalam ketakutan-menanti ia menyebut satu namaTerkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu?Ah! Lemah lesu ia tersedu Ibu! Ibu! Makna puisi Sendiri Puisi Sendiri menggambarkan kondisi seseorang yang kesepian di tengah-tengah kesedihannya. Seseorang yang merindukan sosok ibu, yang karena kesalahannya sendiri dia harus merasakan itu. Kini, seseorang tersebut hanya bisa membenci dirinya sendiri dan sangat kesepian tanpa kehadiran ibu. Baca juga Puisi Lama Pengertian, Jenis, dan Contohnya Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

puisi hampa karya chairil anwar